Kali ini giliran Cantika Abigail, seorang vokalis dan song writer, yang berbagi akan kisahnya mengatasi rasa insecurity dalam hidup. Ia bercerita kepada Ruhee tentang kondisi auto-immune psoriasis yang dialaminya.
Sebagai seorang figur publik, kondisi kelainan pada kulit tersebut sempat membuatnya tidak percaya diri. Simak lebih lanjut mengenai kisah The Beauty of Insecurities versi Cantika, demikian ia kerap disapa.
Dimana wawancara dan dokumentasi, kami lakukan dari rumah dan tempat aman masing-masing.
foto dok. Zsazsa Caesar
Tell us about yourself.
Hi! Aku Cantika Abigail. I’m a singer and songwriter. I’m 27. I’m from Jakarta
Ceritakan awal perjalanan karirmu.
Aku dibesarkan di keluarga yang cinta seni. Dulu mamaku ialah seorang penyanyi dan kakekku juga bergelut di industri musik. Dari sejak kecil aku sudah hobi menyanyi. Saat remaja aku mulai sering tampil di mall. Sampai di tahun 2009, aku bertemu dengan Gamal dan Audrey. Kemudian kami membentuk grup GAC. Di tahun 2019 kemarin kami memutuskan untuk bersolo karier. Tidak lama lagi lagi aku akan mengeluarkan single keduaku yang berjudul ‘Sign’.
Hal yang menjadi insecurity terbesar di hidupmu.
Hmm sebenarnya _s_aat ini aku sedang tidak terlalu merasa memiliki insecurity. I don’t know.. tetapi jika dapat dikatakan mungkin my biggest insecurity selama aku hidup adalah kondisi autoimun psoriasis yang aku alami. Terutama saat sedang puncaknya. Dimana psoriasis itu muncul di semua bagian tubuhku. Mulai dari kepala, wajah, badan, hingga tangan serta kaki. Itu menjadi titik paling insecure dalam hidupku.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan psorisasis?
So basically, psoriasis merupakan penyakit autoimun yang terlihat di kulit. Bentuknya seperti kulit kering. Rasanya gatal.
Sejak kapan kamu mengalaminya?
Di tahun 2011 aku didiagnosa terkena psoriasis. Sebelumnya banyak sekali diagnosa yang salah, sehingga tidak ada satupun pengobatan yang bekerja bagiku. Sampai akhirnya setelah mengetahui bahwa ini adalah psoriasis, aku kemudian banyak melakukan research. Terutama membaca dan bertukar pikiran dengan teman-temanku yang juga terkena symptoms yang sama. Dan, baru belakangan ini aku lumayan vokal mengenai kondisiku di sosial media. Ternyata banyak dari followers-ku yang juga mengalami psoriasis.
Caramu mengatasi saat rasa insecurity itu muncul.
Pastinya butuh waktu. Jujur. aku tidak memiliki tips and trick yang pasti akan bekerja buat semua orang. Karena bagiku, insecurity harus dialami sendiri, dirasakan sendiri, dan dijalani prosesnya seorganik mungkin. Aku lumayan bisa overcome my insecurity by sharing my struggle, sharing my story. Ketika aku lebih terbuka, aku merasa penyakit itu tidak lagi memiliki kekuatan untuk mendikte hati dan pikiranku. it’s just a part of life.
Sosok yang paling membantu mengatasi rasa insecurity.
Keluarga pasti, mama terutama. Setiap kali pulang berobat ada begitu banyak informasi baru yang harus aku terima. Di satu sisi merupakan hal yang baik, tetapi di sisi lain justru menimbulkan keresahan lainnya. Jadi aku sering curhat dan bertanya ke mama. Misalnya “Ma, gimana nih ternyata kata dokter psoriasis tidak bisa sembuh..”, dan masih banyak lainnya. Setiap aku pulang ke rumahlah, aku selalu merasa keluarga menjadi tempat paling aman bagiku. Puji Tuhan aku memiliki keluarga yang supportive. Selain support system, prinsip dan iman dari diri kita sendiri untuk dapat melewati segala hal dalam hidup juga tidak kalah penting.
Turning back moment dalam hidupmu.
Ada begitu banyak titik dalam hidup aku yang membuat aku semakin sadar dan sadar. Terutama setiap kali aku bertemu orang baru di hidupku. Aku selalu merasa senang bertemu mereka, karena aku tahu akan ada hal dan pelajaran baru dalam hidup yang bisa aku dapatkan.
Apa yang ingin kamu katakan ke sosok dirimu yang lama?
You did a great job! Karena buat aku sosok Cantika tidak pernah skip proses. Cantika tidak pernah menyangkal apapun yang ia rasakan. Cantika selalu tumbuh dan berproses.
So I feel like I want to say thank you ke sosok aku yang dulu. Karena ia hebat bisa bertahan dan menjadikan sosok Cantika yang sekarang. Ia tidak memilih shortcut untuk lari dari apapun yang dihadapi.
Bagian dari dirimu yang paling kamu sukai.
Bibir. Somehow kalau mungkin diibaratkan “eh mukanya bibir semua”. Tetapi justru bibirku menjadi aset dan karakter. Pas banget karena aku juga menyukai lipstick. Jadi aku punya ‘kanvas’ yang pas untuk mengaplikasikan lipstick. I feel like I have a sexy lips 💋
And second is my skin. Puji Tuhan psoriasisnya sudah mereda and I really love my skin tone now.
Darimu untuk mereka yang masih bergumul dengan rasa insecurity.
Untuk kalian yang masih merasa insecure, terkadang aku juga, and that’s fine. Aku sendiri tidak terlalu suka mengotakkan perasaan. Oh ini negatif, itu positif. Karena semua perasaan adalah perasaan. Jadi dirasakan saja dan dikenali. Insecurity menjadi alarm bahwa memang ada yang harus diubah atau diterima dalam diri kita. Tidak perlu terlalu larut di dalamnya.
Seorang wanita cantik ketika ia _________________ (fill the blanks)
Mengenal dirinya secara utuh dan ketika ia merasa utuh.
Teks Ria Iskandar
Foto & video dok. Cantika Abigail